TIMES BANGKA BELITUNG, ACEH – Puteri Indonesia Aceh 2022, Eggy Fegri, kini berada di garis depan membantu korban bencana Sumatra, di khususnya Kabupaten Aceh Tamiang.
Berasal dari Banda Aceh, Eggy sendiri bekerja sebagai pegawai salah satu bank di Aceh Tamiang, sebuah daerah yang berjarak sekitar sembilan jam perjalanan darat dari ibu kota provinsi, dan hanya tiga jam dari Medan, Sumatera Utara.
"Kondisi kami bersama warga saat ini seperti di negara tertinggal, di mana kota telah berubah menjadi kota mati," kata Eggy sapaan akrabnya menceritakan secara detail kisahnya kepada TIMES Indonesia, pada Rabu (10/12/2025).
Mencekamnya Kondisi Aceh Tamiang
Sejak banjir bandang Eggy dan ribuan warga lainnya harus bertahan hidup di tengah kepungan air bah setinggi kurang lebih tiga meter tanpa akses listrik, air bersih, dan logistik. Kondisi di lapangan sangat memprihatinkan.
"Jenazah-jenazah sudah pada bengkak," tutur Eggy Fegri. Ia menambahkan bahwa dirinya melihat langsung puing-puing sisa banjir, jenazah yang terendam, bahkan ada dugaan mayat yang membusuk di dalam mobil terbalik.
Warga harus berjuang keras hanya untuk bertahan hidup. "Ini pada waktu malam, bisa kita bayangkan, makan nasi warna coklat mengambil beras yang sudah kerendam banjir karena belum ada bantuan sama sekali pada waktu itu," ungkapnya dengan pilu.
Perjuangan untuk Hidup dan Kemanusiaan
Dalam keterbatasan ekstrem, warga terpaksa meminum air banjir dan mengonsumsi makanan yang tersisa di jalanan. Kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta lansia menjadi pihak yang paling menderita, berhari-hari menanti bantuan makanan.
Lebih lanjut Eggy mengaku bahwa setiap kali melihat penderitaan mereka, dirinya pasti menangis. Menurutnya, pemandangan orang-orang yang harus bertahan berhari-hari, bahkan ada yang di atas genteng rumah, merupakan hal yang tidak terjangkau bantuan.
Bantuan yang datang pun dikritik, "Bantuannya diantar walau cuma roti, bukan disuruh rebutan seperti dikasih satu butir gula yang dikerumunin semut," ujarnya.
Ia menyadari sepenuhnya bahwa kondisi ini merupakan ujian kemanusiaan.
Menolak Kesempatan Evakuasi Demi Korban
Meskipun memiliki kesempatan untuk keluar dari zona bencana, Eggy Fegri memilih untuk bertahan.
Ia menceritakan bahwa kakaknya yang merupakan aparat sempat mengajaknya dievakuasi menggunakan helikopter, namun ia menolak. Dia merasa memiliki tanggung jawab moral yang lebih besar.
"Saya merasa ada sisi kemanusiaan untuk membantu para korban," katanya. Ia kini menjadi salah satu motor penggerak donasi dan bantuan di tengah lokasi, mendistribusikan logistik meski kondisinya terbatas dan harus melewati lumpur tebal.
Keikhlasannya terlihat saat ia menyatakan, "Yang tersisa hanya baju yang ada di badan, sama seperti yang saya alami."
Dia bersama teman-teman terus mengajak masyarakat untuk berdonasi. Ia bertekad untuk memastikan bantuan, termasuk kebutuhan ibadah seperti mukena, sejadah dan Al-Qur'an, guna mencapai pesantren dan warga yang terdampak. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jadi Korban Bencana Sumatra, Puteri Indonesia Aceh Tolak Dievakuasi Heli dan Pilih Bertahan Bantu Korban
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |